Masih rajin membuka akun milikku di satu situs jejaring sosial, dan hari ini ada beberapa foto milik temanku yang tertera di 'Home' yang membuatku sedikit terkejut, dia telah dikaruniai anak keduanya, cantik sekali. Aku kemudian mengirimkan selamat dan menanyakan kabarnya. Karena sudah lebih setahun ini aku tak mendengar kabarnya. Sudah dua kali aku kirimkan surat dan bertanya bagaimana keadaannya, tetapi suratku hanya terapung di udara, tanpa balasan.
Esoknya, aku terima balasan. Ia menuliskan, senangnya dia dan berterima kasih bahwa aku telah bersusah payah menghubungi dan memberi selamat. Ada beberapa kalimat lain yang menjelaskan bahwa dia tak menyesal menarik diri dari teman-temannya yang menurutnya berat untuk dibohongi dengan keadaan yang terjadi.
Malam harinya aku balas surat temanku itu.
"Apapun keputusan yang kamu ambil, itu hakmu, dan aku akan menghargainya. Itu adalah hidupmu. Karena hanya diri kita sendiri sebenarnya yang paling mengerti situasi yang kita hadapi. Walaupun sejujurnya aku tak tahu apa yang telah terjadi. Aku tak akan berusaha menduga-duga atau memikirkannya. Aku berharap segala yang terbaik untuk kalian semua."
Aku putuskan menghapus namanya dari daftar teman yang ada, menjadikannya bagian dari masa lalu buat selamanya. Tidak ada kesedihan yang hadir, hanya sedikit rasa kecewa, bahwa ternyata perasaan yang terlintas di dalam hatiku itu benar.
Terkadang aku tak kuasa menggenggam tali pertemanan selamanya. Berat rasanya kalau hanya menahan dari satu sisi sendirian, sementara di sisi satunya terasa tertarik ketat. Aku pikir lebih baik melepaskannya, supaya beban di dua sisi itu terlepas, bebas. Keduanya akan lega dan bahagia.
Kita,
akhirnya adalah dua titik
yang berjalan di jalur dan arah yang berbeda.
akhirnya adalah dua titik
yang berjalan di jalur dan arah yang berbeda.
Selamat tinggal...!

No comments:
Post a Comment