Saturday, February 26, 2011

Kak Su

Pagi tadi saat mengantar putriku, Chiara ke Kindergarten tiba-tiba masuk SMS ke ponselku. Pesan dari salah satu adikku di Medan.

„Kak, di rumah ada tamu, katanya dia dulu pernah kerja di rumah kita waktu kalian masih kecil. Namanya kak Su. Tapi kami nggak kenal dia“.

Aku langsung balas pesan itu, dan berjanji akan segera menelpon ke Medan begitu tiba di rumah.

Aku masih ingat sekali sosok wanita tersebut. Kami memanggilnya kak Su. Selalu berkebaya, karena dia memang berasal dari salah satu kota di Jawa, dan pindah karena pekerjaannya di Medan. Aku masih kecil sekali saat itu, belum masuk sekolah. Yang aku ingat bahwa dia adalah wanita yang rajin dan lembut sekali.

Ibuku dulu sering sekali bercerita kepada kami bagaimana baik, sabar dan rajinnya kak Su. Aku tahu bahwa Ibuku sayang sekali padanya. Seorang wanita yang tulus dan telah dianggap seperti bagian dari keluarga kami. Ibuku sedih sekali begitu kak Su meninggalkan keluarga kami, walaupun beliau tau dan ikut bahagia kak Su pergi karena telah memiliki keluarga sendiri. Setelah menikah kak Su beberapa kali mengujungi kami, tetapi kenangan tentang itu tak aku ingat lagi.

Aku sempat berbicara dengannya lewat telpon. Suaranya masih bisa aku ingat, ramah, lembut dengan logat Jawa yang masih kental. Betapa girangnya dia mendengar suaraku, dan sedikit bercerita masa kecilku dulu. Haa...ternyata aku adalah anak yang bandel sekali. Tapi julukan bandel ini bukan hanya dari kak Su aku dengar, Ayahku juga selalu bilang begitu. Maka tak heranlah kalau putriku juga bandel. Nyatanya dia menerima gen kebandelan itu dariku.

Di balik kegembiraan kak Su bisa mengunjungi rumah kami dan mendapati kami anak-anak yang pernah diasuhnya dulu telah memilik keluarga masing-masing, dia juga sedih menerima kenyataan bahwa kedua orang tua kami telah berpulang, dan dia tak pernah tahu hal itu. Dia menyesalkan kenapa tak pernah memberi kabar, memberitahukan alamatnya yang baru atau mengunjungi rumah kami tersebut sebelumnya.

Menurutnya sudah beberapa minggu terakhir sebelum dia datang, Ibuku selalu hadir dalam mimpinya. Memintanya untuk datang mengunjungi rumah kami itu. Agak terharu aku mendengar penuturannya. Mungkin memang benar bahwa Ibuku sangat sayang padanya.


Catatan akhir tahun 2010

No comments: